Rick memacu mobilnya dengan liar di
kegelapan malam yang sepi. ponselnya terus berdering. Namun ia terlalu sibuk
dengan pikirannya sendiri. Jika bukan di jalanan sepi mungkin ia sudah tewas
sedari tadi. Meskipun memang itu yang ia harapkan sekarang.
Ponselnya kembali berdering, namun kini
dari pemanggil yang berbeda. Rick melihat sekilas dan mengerem mobilnya.
Menarik napas panjang, mencoba mengendalikan diri. Deringan ponselnya pun
kemudian berhenti. Di tatapnya dua buket bunga di kursi sebelahnya. Ingin
sekali ia melempar bunga itu ke jalanan lewat kaca mobilnya, kalau bukan di
kendalikan akal sehatnya. Ingin rasanya melihat bunga itu tergilas layaknya
hatinya yang tengah hancur kini. Ah, andai perasaannya juga bisa dibuang
semudah melempar bunga itu. Perasaan yang tak seharusnya ada. Dan tak boleh. Rasa
yang di biarkannya tumbuh bertahun-tahun, disiram dan dipupuk dengan topeng
persahabatan.
Akhirnya dilemparnya buket bunga
tersebut ke kursi belakang. Sebuah kertas kecil menyembul dari balik bunga.
Tertulis “Denis and Tara”. Apa lagi yang bisa di harapkannya? Selama ini
perasaannya hanya disimpan sendiri, dan besok mereka akan menikah. Sejujurnya
ia bukan pria seperti ini. Ia adalah tipikal yang tak segan untuk mengungkapkan
pemikiran dan perasaannya pada siapa saja. Hanya saja ia menyadari perasaannya
kini tak pantas di ungkapkan. Lagi pula untuk apa di ungkapkan? Mengharapkan
perasaannya berbalas seperti mengharap pohon kelapa berbuah rambutan. Bahkan
hanya akan merusak persahabatan mereka. Tapi siapa juga yang menginginkan kisah
cinta seperti ini? Dan ia juga tak bisa membohongi perasaannya sendiri.
Batinnya terus bergolak. Sebuah keputusan sebenarnya telah ada di benaknya
sejak lama. Hanya saja ego-nya belum mampu menerima. Ia selalu mengundur waktu
hingga tak sadar telah berapa lama ia terjebak di rasa ini. Kali ini ia ingin
ego-nya mengalah. Dan Rick menarik napas panjang.
Ponselnya kembali berdering. Dari
Tara.
“Halo?....
iya maaf, tadi ponsel gue di dalam tas jadi gak kedengeran.…bunga? Iya udah gue
ambil, ini lagi otw kesana….oh dianter besok aja? Yaudah kalo gitu….bye”
Klik. Kembali napas panjang di
hembuskannya. Mencoba meneguhkan hati.
di luar tak hujan, namun kenapa bayangmu
perlahan memudar seperti di telan kabut?
kumohon jangan, jangan tinggalkan aku
kisah cinta sepihak memang selalu
menyesakkan dada
tapi kisahku bahkan tak memperbolehkanku
untuk mencintaimu
aku yang telah teracuni rasa ini
membuatku gila
tak tahu mengapa dan sampai kapan
haruskah ku seka air mataku dengan sapu
tangan pemberianmu?
atau ku buang saja?
Tak bisakah kau sadari perasaanku?
kumohon jangan, jangan tinggalkan aku
ku tahu rasaku bagai angin
semilir, namun tak akan dapat ku genggam
tapi biarkan sebentar lagi saja
aku hanya ingin mengulur waktu
hingga aku siap melepasmu
kumohon kembalilah
kumohon
kembalilah, Denis.
( MV K.Will
“Please Don’t” )
5 komentar:
Nice buk ~ tapi sempat berpikir cerita ini seperti ungkapan pribadi *peace*
makasihh kum ;)
ungkapan pribadi? :O hahahaha emangnya dedek gay? :3
Sama-sama buk :D
Aduuuh bukan itu maksudnyaa :p
Eh tunggu?? Denis itu cewek/cowok?? :o
terus emang gimana maksudnya? :P
cowok kum :3
ah, entahlah buk lupaaa :D
oh. kirain wkwk
Posting Komentar